Pemilihan Umum dan Konektivitas

Konektivitas jaringan akan berkembang seiring dengan perubahan cara manusia hidup, belajar, bekerja dan bermain, termasuk ketika memilih pada pemilihan umum.

Berbicara mengenai kampanye pemilihan umum di Indonesia, sebelumnya sering kali dilakukan dengan mengumpulkan banyak massa di satu tempat, misalnya saja stadion Gelora Bung Karno.

Cisco Mobile Visual Networking Index 2014-2018 menunjukkan bahwa di Indonesia, lalu lintas data mobile akan meningkat sebanyak 16 kali lipat dari tahun 2013 sampai 2018, mencapai 377,8 petabyte per bulan pada tahun 2018.

Sebuah survei dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama dengan Badan Pusat Statistik, P2SKTI, mengungkapkan bahwa terdapat 71,19 juta pengguna internet di Indonesia pada akhir tahun 2013. Dan angka ini terus meningkat dengan drastis, terutama pada perangkat mobile.

Seiring dengan penetrasi pertumbuhan internet dan generasi digital yang mulai beranjak dewasa, calon presiden dan partai-partai politik berkesempatan untuk mengubah dan mengembangkan cara mereka berinteraksi dengan para pemilih dan rakyat.

Media Sosial
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan bahwa ada 63 pengguna internet di Indonesia, dan 93% dari mereka menggunakan internet untuk mengakses media sosial. Kemenangan besar Barrack Obama dalam pemilihan umum presiden pada tahun 2008 dengan memanfaatkan internet, media sosial, dan jaringan telah menjadi inspirasi bagi berbagai kalangan partai politik dan praktisi di Indonesia, khususnya selama masa kampanye untuk pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum presiden yang akan digelar pada bulan Juli.

Pada pemilihan umum sebelumnya pada tahun 2009, sebagian besar dari partai politik dan calon wakil rakyat di Indonesia masih menggunakan media tradisional dan berbagai sarana lain untuk kampanye mereka.

Selama periode pemilihan legislatif di bulan April, hampir semua dari 12 calon dari partai politik telah secara aktif bercakap-cakap melalui media sosial. Para pemilih perlu mengetahui calon pilihan mereka. Pada era digital saat ini, media sosial telah terbukti menjadi salah satu sarana yang terbaik untuk hal ini.

TelePresence
Pada pemilu tahun 2009, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyatakan bahwa terdapat lebih dari 30% penduduk yang tidak memilih atau golput. Para calon harus menemui mereka dan berinteraksi langsung.

Dengan keadaan geografis Indonesia yang bermacam-macam dan terdiri dari kepulauan, hal ini dapat menjadi tantangan. Media sosial dianggap tidak menjadi satu-satunya konektivitas jaringan yang bisa dimanfaatkan untuk pemilu dan kampanye politik.

Bayangkan, jika dalam waktu dekat, para calon presiden Indonesia tidak lagi mengumpulkan orang di satu tempat, tetapi justru mendatangi secara langsung dan memperkenalkan diri mereka kepada pemilih di berbagai tempat dalam sekali waktu. Hal ini tidak mustahil dan memungkinkan melalui teknologi TelePresence yang sudah tersedia.Konektivitas internet merupakan salah satu cara terbaik agar dapat terhubung dengan masyarakat, tanpa harus menghiraukan lokasi. Tetapi dalam hal ini, kehadiran dari calon presiden menjadi hal yang penting dalam aktivitas kampanye seperti debat dan konvensi.

TelePresence merupakan salah satu teknologi yang memungkinkan pengguna di satu lokasi berkomunikasi dengan pengguna di lokasi lainnya seolah-seolah semuanya berada di satu lokasi yang sama.

Voice over Internet Protocol (VoIP)
Konektivitas jaringan bukan hanya penting bagi para calon untuk berinteraksi dengan pemilih, tetapi juga dibutuhkan di bagian belakang, oleh staf dan tim yang menjalankan kampanyenya.

Staf yang menangani kampanye rata-rata tidak memiliki kantor tetap untuk jangka panjang dan sering kali bekerja secara mobile. Mereka biasanya sering berpindah-pindah. Selain itu dengan kondisi lalu lintas di Jakarta, kemampuan untuk bekerja secara mobile menjadi sangat penting.

Mobilitas merupakan keuntungan utama dalam menerapkan teknologi VoIP, seperti telepon portabel, layanan mobilitas, integrasi dengan aplikasi lain, tanpa hambatan geografis, dan kaya akan fitur.

Tidak seperti sistem telepon pada umumnya, perangkat telepon VoIP dapat menggunakan nomor yang sama dimana saja selama memiliki konektivitas internet yang memadai. Dengan demikian staf yang bekerja secara mobile dan berpindah-pindah tidak perlu mengganti-ganti nomor telepon mereka untuk bekerja, cukup hubungkan dengan internet, maka ‘kantor’ mereka dapat dibawa kemana-mana.

Ichwan F Agus, Interim Country Manager Cisco Indonesia, mengungkapkan bahwa dengan pertumbuhan yang drastis menuju era digital, kampanye dan aktivitas-aktivitas politik harus terbuka dan dapat diakses melalui internet.

“Entah untuk berinteraksi dengan para pemilih, atau untuk mendukung operasional kampanye. Hal ini tidak akan lagi menjadi pilihan,” tegasnya, dalam keterangan tertulis, Minggu (6/7/2014).

Sumber : detik.com